PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam konteks pengembangan wilayah, terdapat 3 sumber daya vital yang menentukan keberhasilan suatu pembangunan wilayah dan Kota. Ketiga sumber daya tersebut adalah sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya buatan/teknologi. Pengembangan wilayah tidak lain adalah usaha mensinergikan secara harmonis ke-3 sumber daya tersebut dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan (aspek biotik dan fisik) itu sendiri (M.T. Zen : 1999). Dari konsep ini, variabel sumber daya alam memegang peranan kunci. Kota Pekalongan, secara konsep alam, memiliki keunggulan dalam aspek lokasi dan sumber daya laut/perikanan. Dari aspek lokasi, Kota Pekalongan merupakan salah satu jalur pantai utara yang merupakan jalur perdagangan dan jasa terbesar di Pulau Jawa. Sementara dari sisi sumber daya laut dan perikanan, Kota Pekalongan memiki pusat pelabuhan perikanan nusantara (PPN) yang menghubungkan proses produksi hasil perikanan dari hulu ke hilir. Dengan 2 kondisi tadi, merupakan sumber daya alam yang dimilki Kota Pekalongan dari sisi sumber daya alam.
Dari Renstra Depdiknas ini, ditindaklanjutu melalui Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Ditmenjur), yang memodelkan adanya sekolah menengah kejuruan berstandar nasional dan internasional serta percepatan pengembangan SMK melalui skema program subsidi inovasi pengembangan SMK di seluruh Indonesia. Mengacu dari model Renstra Depdiknas dan kebijakan Ditmenjur di atas, bagi Kota Pekalongan yang memiliki daya saing di sektor industri batik dan sektor perikanan, idealnya harus memiliki lembaga pendidikan yang berbasis pada potensi dan daya saing wilayah ini. Indikator daya saing Kota Pekalongan dapat dilihat dari kontribusi sektor dalam PDRB Kota Pekalongan. Dimana dari data tersebut terlihat, dari 9 sektor dari PDRB sektor industri pengolahan, perdagangan dan jasa memberikan kontribusi terbesar dalam PDRB. Dari 2 sektor ini, sangat dipengaruhi dan digerakkan oleh industri batik dan tekstil serta turunannya (manufacture sampai retail dari produk batik), dimana industri batik rata-rata dalam lima tahun terakhir persentase terhadap PDRB berkisar 13-14 % dan perdagangan besar/retail rata-ratanya berkisar 22-23 %. Sebaliknya, sektor perikanan yang seharusnya dapat menjadi sektor unggulan Kota pekalongan, dalam 5 tahun terkhir, kontribusinya menunjukkan trend yang terus menurun.
Dari penjelasan di atas, nampak hubungan antara daya saing daerah dan pengembangan wilayah. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana peran SDM yang direpresentasi dalam tingkat pendidikan dan output tenaga kerja. Adakah sinkronisasi antara sektor pendidikan dengan pasar tenaga kerja. Dan bagaiamana 2 variabel dari SDM ini dihubungkan dengan variabel daya saing daerah dalam mendukung pengembangan pembangunan wilayah dan kota ?
Secara teoritik dan mengacu dari Renstra Depdiknas, dimana minimal harus ada 1 sekolah menegah kejuruan yang berbasis potensi lokal, untuk kasus di Kota pekalongan sudah ada, dengan berdirinya SMK perikanan dan SMK jurusan lain yang mendukung aktivitas ekonomi Kota pekalongan di 3 sektor unggulan dalam PDRB (industri, perdagangan dan jasa serta sektor perikanan). Namun demikian, berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 1.3, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan belum terdapat relevansi antara lulusan SMK dengan lapangan kerja yang ada. Hal itu dibuktikan dengan masih sedikitnya lulusan yang dapat diserap oleh sektor mata pencaharian di masyarakat. Lulusan yang banyak dihasilkan adalah lulusan dari kelompok bisnis dan manajemen sedangkan yang paling sedikit adalah dari kelompok pertanian dan kelautan. Sedangkan jenis lapangan kerja yang banyak menyerap lulusan adalah dari sektor bisnis dan manajemen dan yang paling sedikit adalah dari sektor pertanian dan kelautan .
1.2. Perumusan Masalah
Mengacu dari kondisi potensi wilayah, hubungan sektor tenaga kerja dan sektor pendidikan di Kota Pekalongan, sebagaimana digambarkan di depan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
“ Mengapa belum terjadi optimasi dari hubungan antara output sektor pendidikan dan pasar tenaga kerja yang berbasis pada sektor industri batik dan sektor perikanan sebagai sektor unggulan Kota Pekalongan ? “
1.2.1. Tujuan dan Sasaran
1.2.2. Tujuan
1. Tujuan dari studio perencanaan pembangunan pendidikan berbasis keunggulan wilayah adalah mengidentifikasi dan menganalisis pengembangan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) berbasis potensi lokal Kota Pekalongan yang berbasis pada sektor industri batik dan sektor perikanan
1.2.3. Sasaran
Sasaran studio perencanaan pengembangan pendidikan dalam mendukung pengembangan wilayah ini adalah :
1. Membuat konsep pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan sektor industri di Kota Pekalongan yang berbasis industri batik dan sektor perikanan
2. Mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki oleh Kota Pekalongan, baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan (teknologi)
3. Mengidentifikasi kondisi fisik, sosial dan ekonomi Kota Pekalongan
4. Menganalisis daya saing Kota Pekalongan
1.3. Ruang Lingkup
1.3.1. Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi yang dikaji dalam pengembangan pendidikan berbasis keunggulan wilayah dalam mendukung pengembangan wilayah di Kota Pekalongan , meliputi :
a. Mengidentifikasi struktur ekonomi wilayah dan industri unggulan, sektor pendidikan dan sektor ketenagakerjaan
b. Merumuskan konsep perencanaan pengembangan pendidikan berbasis keunggulan wilayah di Kota Pekalongan
1.3.2. Ruang Lingkup Spasial
Ruang lingkup kewilayahan dalam penulisan ini adalah di wilayah administrasi Kota Pekalongan secara umum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar